Kamis, 26 Juli 2012

كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Semua umatku akan masuk surga kecuali yang tidak mau. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang enggan?” Beliau menjawab, Barangsiapa yang taat kepadaku dia masuk surga dan barang siapa yang melanggar perintahku dia tidak mau.” (HR. Bukhari)

Para Pencari Dunia

Kisah klasik para pencari dunia adalah hampa, kosong Renungan ini menampar saya, lalu dalam barisan manakah saya berada? alih-alih berada di barisan “Para Pencari Tuhan” (kaya judul buku saya yang bagus itu yah?), atau seperti sebagian besar dari kita, bahkan hampir semua dari kita bergegap gempita dalam barisan “Para Pencari Dunia” Saya tidak malu mengakui-nya, malu mengaku mencintai ALLAH tapi dunia yang saya uber, hari demi hari berlalu, dan kesibukan memburu rizki duniawi itu seolah tidak berjeda. Lalu apa yang saya dapat? Saya mencoba merekam perjalan hidup saya, di masa lalu begitu banyak hal-hal sepele yang mampu menghadirkan kebahagiaan tak terkira, bisa merasakan bahagianya berenang-renang di sungai yang airnya berkilau jernih? Sekarang diantara banyak yang rumahnya ada kolam renang, tapi kebahagiaan mandi di sungai orang-orang dusun itu nggak kalah seru nya dengan orang kaya yang mandi di kolam renangnya sendiri, bahkan kolam renang lebih sering gak kepakenya tuh, pajangan saja Bahkan banyak orang kaya yang langit-langit rumahnya dicat seperti awan beneran, namun kebahagiaan yang sesungguhnya bukan langit buatan, bukan sungai buatan, bahagia justru saat awan itu benar-benar awan, orang kaya punya langit di rumahnya, orang dusun punya langit beneran yang luasnya masya ALLAH Hal-hal “sepele” ini justru yang membuat saya bahagia, masih mampu membuat hati saya bahagia? bukan perubahan karir, kedudukan, taraf ekonomi, pergaulan, pacar ganteng, dan semua yang yang dimiliki sahabat saya, bukan.. bukan itu “Seandainya anak Adam memiliki dua lembah yang dipenuhi harta kekayaan, dia pasti menginginkan lembah yang ketiga” (HR Tirmidzi dari Ibnu Abbas). Mengapa tidak berbatas? Sebab keserakahan itu adiktif. Sedangkan ciri khas kecanduan adalah kebutuhan akan dosis yang lebih besar lagi, lagi, lagi… inilah dunia, kalau kita sudah terbiasa menyantap hutan, gunung, dan meminum samudera raya. Jangan harap bisa terpuaskan oleh sepotong cakar ayam dan segelas teh jahe hangat dalam suasana egaliter Makanya, ALLAH mewajibkan kita menjalani simulasi perang melawan keserakahan. Di bulan ramadhan ini, kita merasakan kembali kelaparan sepanjang hari dan betapa nikmat makanan paling sederhana kala berbuka puasa walau dengan sebiji kurma. Kita diingatkan pada kodrat kita Selamat Menjalankan Ibadah Ramadhan, selamat menjadi tamu ALLAH